Tuesday, 30 September 2008

Catatan Mudik #2 : Berangkat

Minggu, 28 September 200 8

Aku bangun pukul 03.20 pagi sesuai dengan waktu yang aku set di alarmku. Pagi itu lumayan gak ribet sebelum berangkat. Biasanya adaaa aja yang belum dimasukkan kekoper atau belum selesai dikerjain. Malah masih sempet nyuci baju terakhir biar ninggalin rumah tanpa ninggalin cucian kotor. Buang sampah en lepasin regulator elpiji. Yang ini bisanya suka lupa. Hehe gimana gak lupa, tuh catetan to-do-list before mudik dah puanjaaaang banget. Jadi kami meninggalkan rumah sekitar pukul 4.30




Kami meluncur di jalanan yang masih sepi dengan langit yang membiru kegelapan menjelang terbitnya matahari. Tasya dalam kondisi bangun dan duduk manis dijok belakang. Udaranya cukup sejuk meski tanpa menggunakan A/C. Kami masuk lewat tol Juanda - Rungkut yang terhubung langsung dengan tol Waru. Meski tarifnya cukup mahal untuk ukuran tol jarak pendek, tapi gak masalah asal bisa ngurangin waktu perjalanan .






Kurang lebih satu jam kami sudah tiba di jalan raya Porong. Wualah, kok udah rame. Macet. Ternyata gak cuma kami aja yang milih pagi hari untuk pergi mudik. Pengendara kendaraan pun hampir dalam kondisi yang sama. Yang bawa mobil pasti bagasinya penuh. Sebagian malah meletakkan bagasinya dijok paling belakang mobil mobil mereka. Yang naik sepeda motor, pasti sesak menjejalkan barang bawaan diantara sela sela dudukan mereka. Sebagian meletakkannya didepan, sebagian membuat 'bagasi' tambahan diekor sepedanya. Dan tidak sedikit diantara mereka yang membawa anak anak. Toh meski ribet dan sangat terbatas, tidak mengurangi semangat mereka pulang kampung. Memang mudik ini merupakan fenomena dan budaya di Indonesia. Yee, aku kan orang Indonesia. aku cinta budaya Indonesia .




Yang mudik... yang mudik...

Kami juga melewati tanggul lumpur Lapindo. Semakin tinggi saja sejak terakhir kali lewat sini. Kasian bener liat kondisi disekelilingnya. Banyak rumah rumah yang sudah ditinggalkan penghuninya. Tapi yang tetap bertahan juga tidak sedikit. Meski keadaannya serba terbatas. Banyak pula tempat tempat usaha yang sepertinya tinggal menunggu waktu untuk menggulung tikar mereka. Prihatin. Itulah yang terlihat bila melintasi daerah sini. Tapi di tengah keprihatinan ini, banyak pula yang justru memanfaatkan keadaan untuk meraup keuntungan. Aku tidak tahu pasti apa bentuknya tapi sejak tanggul Lapindo diperkuat, tempat ini seolah olah menjadi objek wisata baru. Banyak orang yang datang untuk melihat langsung sumber semburan lumpur panas itu. Yang pasti, aku yakin, ada segelintir orang yang memperoleh keuntungan dari sini. Ah, semoga musibah ini segera usai ya..


Setelah terjebak macet selama hampir 45 menit, kami baru bisa melajukan laju kecepatan kendaraan kami diatas 60 km/jam setelah melewati Pasar Porong. Ya, inilah sumber kemacetannya. Setelahnya, perjalanan menuju Malang cukup lancar. Kami tiba di S31 tepat pukul 07.30.



Jalan Selorejo No. 31


( aku menulis ini disela sela waktu luangku... nantikan catatan mudik berikutnya... )

No comments: